Sabtu, 22 September 2012

perbatasan adalah jendela negara


Kurangnya Perhatian di Perbatasan NKRI
Indonesia adalah negara kepulauan yg memiliki kurang lebih 17.504 pulau yg terdiri 5 buah pulau besar. Wilayah Indonesia berbatasan langsung dengan negara tetangga, baik perbatasan dilautan maupun didaratan. Bagian darat Indonesia berbatasan dengan 3 negara yakni Malaysia, Timor Leste dan Papua Nugini. Sedangkan dilautan Indonesia berbatasan dengan 10 negara, yakni Malaysia, Thailand, Singapura, Australia, Filiphina, Vietnam, Timor Leste, Papua Nugini, Brunei Darussalam dan India.
Hidup bersebelahan dengan negara tetangga yg hanya dibatasi dengan sebuah pagar tidak lah gampang. Apa lagi masalah perbatasan dilautan yg tidak ada wujud tanda perbatasannya. Tak Jarang sering terjadi konflik dengan negara tetangga yg tidak pernah selesai kalau tidak ada tindakan apa-apa dari kedua negara yg berselisih paham.
Perbatasan adalah pintu masuk suatu negara. Maka harus ada perhatian khusus di wilayah-wilayah perbatasan seperti dalam hal keamanan, pendidikan, sosial, kesehatan, transportasi informasi dan lain sebagainya agar masyarakat diperbatasan tidak merasa terisolir dari dunia luar. Harus diakui, pemerintah kita masih menganak tirikan wilayah di perbatasan, sehingga sumber daya manusia di perbatasan masih rendah karena kurangnya fasilitas dari pemerintah yg sudah seharusnya memperhatikan, mengembangkan, serta memberdayakan wilayah diperbatasan.
Membangun masyarakatnya yg berada di ujung perbatasan adalah hal yg urgent yg mesti harus dilakukan pemerintah Indonesia. Sangat miris jika membandingkan dengan negara tetangga. Sebagai contoh perbatasan darat antara NKRI-Papua Nugini. Jika kita memasuki wilayah Papua Nugini, pesawat patroli mereka sudah menghampiri kita dengan mengucapkan salam dalam sistem petahanan mereka. Hal itu menjadi tanda bahwa negeri itu sungguh ada pengawasannya. Lantas, bagaimana dengan jika kita masuk kewilayah Indonesia?? Sama sekali tidak ada pantauan maupun radar, sungguh memilukan hati. Dalam hal penataan gerbang kita masih jauh dari Papua Nugini. Pos keamanan diperbatasan hanya sekedar lambang saja bahwa itu adalah batas negara kita. Dan tidak lebih.
Selain pertahanan diperbatasan, warga di perbatasan juga masih jauh dari layak dalam hal kesehatan, pendidikan, sosial serta teknologi. Jarang ada medis yg ditugaskan diperbatasan karena alasan jauh dari kemodernan yg mereka dapatkan di kota. Begitu pula dengan pendidikan, sedikit yg ditugaskan disana. Itu semua berdampak pada kualitas sumberdaya manusia diperbatasan. Bodoh, penyakitan, gagap teknologi. Bagaimana mau berkembang klo SDM nya sendiri masih belum berkualitas?
Kesalah pahaman yg tidak diatasi segera mungkin akan berdampak peperangan. Memang jalan keluarnya diadakan diplomasi, namun jika tidak menemukan jalan titik terang maka peperanganlah yg akan menyelesaikannya. Siapa yg mau hidup dalam dunia penuh dengan peperangan? Untuk mengatasinya memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, perlu kerja keras dan waktu yg lama.
Perlu membangun kesadaran masyarakat akan kesehatan dan pendidikan untuk investasi masa depan agar kualitas hidup mereka jauh lebih baik dari sekarang. Membangun sarana dan prasarana juga menjadi kewajiban yg mesti dilakukan oleh pemerintah NKRI. Bukanlah hal yg tidak mungkin dan bukan salah warga diperbatasan jika rasa nasionalisme mereka luntur atau bahkan hilang karena pemerintah Indonesia masih menganak tirikan mereka. Ini menjadi tanggung ajawab kita semua dan pemerintah untuk menjaga keutuhan NKRI yg kita cintai. Kalau ada waktu sekarang untuk bertindak kenapa nunggu besok :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar